√ Konsep Diri : Dimensi

Dimensi internal atau yang disebut juga kerangka contoh internal (internal frame of reference) ialah jikalau seorang individu melaksanakan penilaian terhadap dirinya sendiri menurut dunia batinnya sendiri atau dunia dalam dirinya sendiri terhadap identitas dirinya, sikap dirinya, dan penerimaan dirinya. Kerangka contoh internal atau yang disebut juga dimensi internal ini oleh Fitts dibedakan atas tiga bentuk, yaitu :



  1. Diri identitas Identity Self

    Identitas diri ini merupakan aspek konsep diri yang paling 
mendasar. Konsep ini mengacu pada pertanyaan “siapakah saya?”, dimana di dalamnya tercakup label-label dan simbol-simbol yang diberikan pada diri oleh individu yang bersangkutan untuk menggambarkan dirinya dan membangun identitasnya. Misalnya, “saya Budi” dan kemudian sejalan dengan bertambahnya usia dan interaksi individu dengan lingkungannya, akan semakin banyak pengetahuan individu akan dirinya sendiri, sehingga individu tersebut akan sanggup melengkapi keterangan dirinya dengan hal-hal yang lebih kompleks, ibarat : “saya Budi”, “saya seorang ayah dari dua orang anak”, saya bekerja sebagai seorang pegawai negeri” dan sebagainya. Selanjutnya setiap elemen dari identitas diri akan menghipnotis cara individu mempersepsikan dunia fenomenalnya, mengobservasinya, dan menilai dirinya sendiri sebagaimana ia berfungsi. Pada kenyataannya, identitas diri berkaitan dekat dengan diri sebagai pelaku. Identitas diri sangat menghipnotis tingkah laris seorang individu, dan sebaliknya identitas diri juga dipengaruhi oleh diri sebagai pelaku. Sejak kecil, individu cenderung untuk menilai atau memperlihatkan label pada orang lain maupun pada dirinya sendiri menurut tingkah laris atau apa yang dilakukan seseorang. Dengan kata lain, untuk sanggup menjadi sesuatu seringkali seseorang harus melaksanakan sesuatu, dan dengan melaksanakan sesuatu, seringkali individu harus menjadi sesuatu.

  2. Diri pelaku Behavioral Self

    Diri pelaku merupakan persepsi seorang individu perihal 
tingkah lakunya. Diri pelaku berisikan segala kesadaran mengenai “apa yang dilakukan oleh diri”. Selain itu, pecahan ini sangat dekat kaitannya dengan diri sebagai identitas. Diri yang adekuat akan memperlihatkan adanya keserasian antara diri identitas dengan diri pelakunya, sehingga ia sanggup mengenali dan mendapatkan baik diri sebagai identitas maupun diri sebagai pelaku. Kaitan keduanya sanggup dilihat pada diri sebagai penilai.

  3. Diri pengamat atau penilai Judging Self

    Diri penilai ini berfungsi sebagai pengamat, penentu standart serta pengevaluasi. Kedudukannya ialah sebagai perantara (mediator) antara diri, identitas dengan diri pelaku. Manusia cenderung untuk senantiasa memperlihatkan penilaian terhadap apa yang dipersepsikannya. Oleh sebab itu, label-label yang dikenakan kepada dirinya bukanlah semata-mata menggambarkan dirinya, tetapi dibalik itu juga sarat dengan nilai-nilai. Selanjutnya, penilaian inilah yang kemudian lebih berperan dalam memilih tindakan yang akan ditampilkannya. Diri penilai memilih kepuasan seseorang individu akan dirinya atau seberapa jauh ia sanggup mendapatkan dirinya sendiri. Kepuasan diri yang rendah akan menimbulkan harga diri (self esteem) yang miskin dan akan berbagi ketidakpercayaan yang fundamental kepada dirinya, sehingga menjadi senantiasa penuh kewaspadaan. Sebaliknya, bagi individu yang mempunyai kepuasan diri yang tinggi, kesadarandirinya akan lebih realistis, sehingga lebih memungkinkan individu yang bersangkutan untuk melupakan keadaan dirinya dan lebih memfokukan energi serta perhatiannya ke luar diri, yang pada alhasil sanggup berfungsi secara lebih konstruktif. Diri sebagai penilai dekat kaitannya dengan harga diri (self esteem), sebab sebenarnya kecenderungan penilaian diri ini tidak saja hanya merupakan komponen utama dari persepsi diri, melainkan juga merupakan komponen utama pembentukan harga diri.


Penghargaan diri intinya didapat dari dua sumber utama, yaitu pertama dari diri sendiri dan  kedua dari orang lain. Penghargaan diperoleh jikalau individu berhasil mencapai tujuan-tujuan dan nilai-nilai tertentu. Tujuan, nilai, dan standart ini sanggup berasal dari internal, eksternal, maupun keduanya. Umumnya, nilai-nilai dan tujuan-tujuan pada mulanya dimasukkan oleh orang lain. Penghargaan hanya akan didapat melalui pemenuhan tuntutan dan impian orang lain. Namun, pada dikala diri sebagai pelaku telah berafiliasi dengan tingkah laris aktualisasi diri, maka penghargaan juga sanggup berasal dari diri individu itu sendiri. Oleh sebab itu, walaupun harga diri (self esteem) merupakan hal yang fundamental untuk aktualisasi diri, aktualisasi diri juga penting untuk harga diri.


Penjelasan mengenai ketiga pecahan dari dimensi internal, mem- perlihatkan bahwa masing – masing pecahan mempunyai fungsi yang berbeda namun ketiganya saling melengkapi, berinteraksi, dan membentuk suatu diri (self) serta konsep diri (self concept) secara utuh dan menyeluruh.


Dimensi kedua dari konsep diri ialah apa yang disebut dengan dimensi eksternal. Pada dimensi eksternal individu menilai dirinya melalui kekerabatan dan aktifitas sosialnya, nilai-nilai yang dianutnya, serta hal-hal lain yang berasal dari dunia di luar diri individu. Sebenarnya, dimensi eksternal merupakan suatu pecahan yang sangat luas, contohnya diri individu yang berkaitan dengan belajar. Namun, yang dikemukakan oleh Fitts ialah pecahan dimensi eksternal yang bersifat umum bagi semua orang. Bagian-bagian dimensi eksternal ini, dibedakan Fitts atas lima bentuk, yaitu :



  1. Diri fisik Physical Self

    Diri fisik, menyangkut persepsi seorang individu terhadap 
keadaan dirinya secara fisik. Dalam hal ini, terlihat persepsi seorang individu mengenai kesehatan dirinya, penampilan dirinya (cantik, jelek, menarik) dan keadaan tubuhnya (tinggi, pendek, gemuk, dan kurus).

  2. Diri moral etik Moral Ethical Self

    Diri moral, merupakan persepsi seseorang individu terhadap 
dirinya sendiri, yang dilihat dari standart pertimbangan nilai-moral dan etika. Hal ini menyangkut persepsi seorang individu mengenai hubungannya dengan Tuhan, kepuasan seorang individu akan kehidupan agamanya, dan nilai-nilai moral yang dipegang seorang individu, yang mencakup batasan baik dan buruk.

  3. Diri langsung Personal Self

    Diri pribadi, merupakan perasaan atau persepsi seorang 
individu terhadap keadaan pribadinya. Hal ini tidak dipengaruhi oleh kondisi fisik atau hubungannya dengan individu lain, tetapi dipengaruhi oleh sejauhmana seorang individu merasa puas terhadap pribadinya atau sejumlah mana seorang individu mencicipi dirinya sebagai langsung yang tepat.

  4. Diri keluarga Family Self

    Diri keluarga, memperlihatkan pada perasaan dan harga diri 
seorang individu dalam kedudukannya sebagai anggota keluarga. Bagian diri ini memperlihatkan seberapa jauh seorang individu merasa adekuat terhadap dirinya sendiri sebagai anggota keluarga dan terhadap tugas maupun fungsi yang dijalankannya selaku anggota dari suatu keluarga.

  5. Diri sosial Social Self

    Diri sosial, merupakan penilaian seorang individu terhadap 
interaksi dirinya dengan orang lain dan lingkungan di sekitarnya. Pembentukan penilaian individu terhadap bagian-bagian dirinya dalam dimensi eksternal ini, sangat dipengaruhi oleh penilaian dan interaksinya dengan orang lain. Seorang individu tidak sanggup begitu saja menilai bahwa ia mempunyai diri fisik yang baik, tanpa adanya reaksi dari individu lain yang memperlihatkan bahwa secara fisik ia memang baik dan menarik. Demikian pula halnya, seorang individu tidak sanggup menyampaikan bahwa ia mempunyai diri langsung yang baik, tanpa adanya jawaban atau reaksi dari individu lain di sekitarnya yang memperlihatkan bahwa ia memang mempunyai langsung yang baik.


Hubungan antar dimensi dalam konsep diri (dimensi internal dan eksternal), sanggup dijelaskan dengan memakai analogi. Misalkan, total dari diri (self) sebagai suatu keseluruhan ialah sebuah apel. Apel tersebut sanggup dibagi-bagi secara horisontal maupun secara vertikal, yang pada setiap potongan akan mengandung pecahan dari potongan pecahan lainnya. Dengan demikian sanggup diartikan, bahwa setiap pecahan dari dimensi internal akan mengandung pecahan – pecahan dari dimensi eksternal, demikian pula sebaliknya. Interaksi yang terjadi di dalam bagian-bagian dan antar pecahan pada dimensi internal, eksternal, ataupun keduanya, berkaitan dekat dengan integrasi serta efektifitas keberfungsian diri secara keseluruhan sebagai suatu keutuhan. Seorang individu yang terintegrasi dengan baik, akan memperlihatkan derajat konsistensi interaksi yang tinggi, baik di  dalam bagian-bagian dari dirinya sendiri (intrapersonal communication) maupun dengan individu-individu lain (interpersonal communication).


 




Seri Tulisan Konsep Diri :



  1. Konsep Diri : Pengertian

  2. Konsep Diri : Dimensi

  3. Konsep Diri : Aspek

  4. Konsep Diri : Sub-variabel

  5. Konsep Diri : Faktor Yang Mempengaruhi


 



Sumber aciknadzirah.blogspot.com

Mari berteman dengan saya

Follow my Instagram _yudha58

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "√ Konsep Diri : Dimensi"

Posting Komentar