Selamat pagi dan selamat minum kopi hangat di hari Kamis nan cerah, agar Alloh SWT selalu menunjukkan Rahmat dan Hidayahnya pada kita semua, Aamiin YRA.
Pilkada DKI sudah dilalui dengan kondusif dan tertib, namun kita bangsa Indonesia niscaya tidak akan melupakan dari hingar bingar Pilkada DKI, walaupun bukan warga Jakarta tetapi sebagai Ibukota tentunya menyedot perhatian.
Yang paling tidak bisa dilupakan dari nuansa Pilkada DKI ialah ramainya tugas agama dalam kehidupan politik di negeri ini yang tidak menganut suatu pedoman tetapi Bhineka Tunggal Ika. Walaupun guncangan andal mengancam perpecahan bangsa tetapi alhamdulillah Bhineka Tunggal Ika bisa menyatukan bangsa ini dari ancaman-ancaman hebat. Walaupun pada karenanya kesalahan (keseleo) pengecap Ahok di Kepulauan Seribu berdampak fatal dengan berujung vonis aturan pidana pelecehan agama.
Dari perjalanan Pilkada DKI dan keseleo pengecap Ahok yang berakhir dengan vonis aturan pidana itu kita semua harus bisa mengambil hikmahnya, bahwa ternyata segelintir kaum fanatis agama saja tidak bisa meruntuhkan kebhinekaan bangsa ini, bahkan sebuah organisasi fanatik agama yang dicurigai mau memeksakan kehendaknya terancam dibubarkan alasannya ialah dianggap mengancam Pancasila.
Perjuangan Perlu Pengorbanan, itu suatu istilah yang sering kita dengar, terutama pada jaman usaha merebut kemerdekaan dari tangan penjajajah, namun istilah itu mungkin tidak banyak dirasakan pada jaman merdeka kini ini. Ahok yang divonis 2 tahun penjara telah menandakan benarnya istilah itu, Ahok yang kini meringkuk di dalam sel penjara karenanya menjadi korban atas usaha untuk mewujudkan birokrasi yang higienis di negeri ini.
Sebagaimana kita tahu birokrasi di negeri ini pasca orde gres memang sangat bobrok, peninggalan orde gres masih terasa kental di jaman reformasi kini ini. Korupsi, Gratifikasi, Nepotisme, Pungli dan kebobrokan-kebobrokan birokrasi bukan hanya di pemerintahan sentra namun menjalar hingga ke pemerintahan terrendah sekalipun.
Tidak banyak pejabat administratif suatu tempat yang ibarat Ahok, dengan tunjangan dari legislatif yang sangat minim bahkan di dalam administrator sekalipun masih banyak yang kontra kepentingan, Ahok berusaha melawan dan membenahi semua kebobrokan birokrasi yang ada di pemerintahannya dengan caranya yang tegas dan bahkan dianggap arogan. Banyak pihak yang tidak suka dengan cara Ahok.
Tetapi memang Ahok benar, untuk melawan kebobrokan birokrasi terkadang tidak bisa diselesaikan dengan cara yang lembut dan santun, terkadang diharapkan tindakan yang dianggap arogan, apalagi sekelas DKI Jakarta yang memang sudah terlalu usang dijejali imbas Orde Baru, hanya ada 2 cara untuk melawannya yaitu dengan cara besar kepala ibarat Ahok atau dengan memutuskan rantai imbas untuk revolusi mental, ibarat dlakukan Jokowi pada pemilihan Kapolri Tito Karnavian.
Sebenarnya pasangan Gubernur-Wakil Gubernur DKI Jakarta Jokowi-Ahok ialah pasangan yang sangat ideal, Jokowi yang banyak berperan untuk berjuang ke luar dan Ahok yang bayak berperan membersihkan dan membenahi di dalam, adonan keduanya yang sangat solid itu akan menghasilkan tatanan pemerintahan yang higienis dan birokrasi yang baik.
"Saya mimpi wacana sebuah dunia dimana ulama, buruh, dan cowok bangun dan berkata, stop semua kemunafikan ! Stop semua pembunuhan atas nama apapun.. dan para politisi di PBB, sibuk mengatur pengangkatan gandum, susu, dan beras buat belum dewasa yang lapar di 3 benua, dan lupa akan diplomasi.
Tak ada lagi rasa benci pada siapapun, agama apapun, ras apapun, dan bangsa apapun..dan melupakan perang dan kebencian, dan hanya sibuk dengan pembangunan dunia yang lebih baik."
― Soe Hok Gie
Dengan perjalanan Pilkada DKI Jakarta kemudian kita semua bisa mengambil hikmahnya bahwa ternyata kebaikan tidak selalu memperoleh dukungan, bahkan kalah oleh hasrat kekuasaan yang merupakan salahsatu hawa nafsu insan dengan menghalalkan segala cara, walaupun harus membawa nama Agama ke dalam politik demi untuk sebuah kekuasaan.
Hikmah lainnya yaitu membenarkan istilah Perjuangan Butuh Pengorbanan, ternyata bukan hanya kata-kata istilah belaka yang sering didengar pada jaman usaha bersenjata, namun ternyata benar adanya dengan fakta berakhirnya usaha seorang Ahok hingga masuk penjara. Namun diri Ahok yang dipenjara bukan berarti perjuangannya berakhir, usaha Ahok untuk birokrasi yang higienis akan menghasilkan Ahok-Ahok lain yang akan terus berjuang untuk melawan birokrasi kotor dan korup di negeri ini.
Terimakasih Ahok, terus maju Ahok ! tubuh anda di penjara tapi usaha anda terus berkobar di alam merdeka. Sumber http://bizril.blogspot.com
Pilkada DKI sudah dilalui dengan kondusif dan tertib, namun kita bangsa Indonesia niscaya tidak akan melupakan dari hingar bingar Pilkada DKI, walaupun bukan warga Jakarta tetapi sebagai Ibukota tentunya menyedot perhatian.
Yang paling tidak bisa dilupakan dari nuansa Pilkada DKI ialah ramainya tugas agama dalam kehidupan politik di negeri ini yang tidak menganut suatu pedoman tetapi Bhineka Tunggal Ika. Walaupun guncangan andal mengancam perpecahan bangsa tetapi alhamdulillah Bhineka Tunggal Ika bisa menyatukan bangsa ini dari ancaman-ancaman hebat. Walaupun pada karenanya kesalahan (keseleo) pengecap Ahok di Kepulauan Seribu berdampak fatal dengan berujung vonis aturan pidana pelecehan agama.
Dari perjalanan Pilkada DKI dan keseleo pengecap Ahok yang berakhir dengan vonis aturan pidana itu kita semua harus bisa mengambil hikmahnya, bahwa ternyata segelintir kaum fanatis agama saja tidak bisa meruntuhkan kebhinekaan bangsa ini, bahkan sebuah organisasi fanatik agama yang dicurigai mau memeksakan kehendaknya terancam dibubarkan alasannya ialah dianggap mengancam Pancasila.
Perjuangan Perlu Pengorbanan, itu suatu istilah yang sering kita dengar, terutama pada jaman usaha merebut kemerdekaan dari tangan penjajajah, namun istilah itu mungkin tidak banyak dirasakan pada jaman merdeka kini ini. Ahok yang divonis 2 tahun penjara telah menandakan benarnya istilah itu, Ahok yang kini meringkuk di dalam sel penjara karenanya menjadi korban atas usaha untuk mewujudkan birokrasi yang higienis di negeri ini.
Sebagaimana kita tahu birokrasi di negeri ini pasca orde gres memang sangat bobrok, peninggalan orde gres masih terasa kental di jaman reformasi kini ini. Korupsi, Gratifikasi, Nepotisme, Pungli dan kebobrokan-kebobrokan birokrasi bukan hanya di pemerintahan sentra namun menjalar hingga ke pemerintahan terrendah sekalipun.
Tidak banyak pejabat administratif suatu tempat yang ibarat Ahok, dengan tunjangan dari legislatif yang sangat minim bahkan di dalam administrator sekalipun masih banyak yang kontra kepentingan, Ahok berusaha melawan dan membenahi semua kebobrokan birokrasi yang ada di pemerintahannya dengan caranya yang tegas dan bahkan dianggap arogan. Banyak pihak yang tidak suka dengan cara Ahok.
Tetapi memang Ahok benar, untuk melawan kebobrokan birokrasi terkadang tidak bisa diselesaikan dengan cara yang lembut dan santun, terkadang diharapkan tindakan yang dianggap arogan, apalagi sekelas DKI Jakarta yang memang sudah terlalu usang dijejali imbas Orde Baru, hanya ada 2 cara untuk melawannya yaitu dengan cara besar kepala ibarat Ahok atau dengan memutuskan rantai imbas untuk revolusi mental, ibarat dlakukan Jokowi pada pemilihan Kapolri Tito Karnavian.
Sebenarnya pasangan Gubernur-Wakil Gubernur DKI Jakarta Jokowi-Ahok ialah pasangan yang sangat ideal, Jokowi yang banyak berperan untuk berjuang ke luar dan Ahok yang bayak berperan membersihkan dan membenahi di dalam, adonan keduanya yang sangat solid itu akan menghasilkan tatanan pemerintahan yang higienis dan birokrasi yang baik.
"Saya mimpi wacana sebuah dunia dimana ulama, buruh, dan cowok bangun dan berkata, stop semua kemunafikan ! Stop semua pembunuhan atas nama apapun.. dan para politisi di PBB, sibuk mengatur pengangkatan gandum, susu, dan beras buat belum dewasa yang lapar di 3 benua, dan lupa akan diplomasi.
Tak ada lagi rasa benci pada siapapun, agama apapun, ras apapun, dan bangsa apapun..dan melupakan perang dan kebencian, dan hanya sibuk dengan pembangunan dunia yang lebih baik."
― Soe Hok Gie
Dengan perjalanan Pilkada DKI Jakarta kemudian kita semua bisa mengambil hikmahnya bahwa ternyata kebaikan tidak selalu memperoleh dukungan, bahkan kalah oleh hasrat kekuasaan yang merupakan salahsatu hawa nafsu insan dengan menghalalkan segala cara, walaupun harus membawa nama Agama ke dalam politik demi untuk sebuah kekuasaan.
Hikmah lainnya yaitu membenarkan istilah Perjuangan Butuh Pengorbanan, ternyata bukan hanya kata-kata istilah belaka yang sering didengar pada jaman usaha bersenjata, namun ternyata benar adanya dengan fakta berakhirnya usaha seorang Ahok hingga masuk penjara. Namun diri Ahok yang dipenjara bukan berarti perjuangannya berakhir, usaha Ahok untuk birokrasi yang higienis akan menghasilkan Ahok-Ahok lain yang akan terus berjuang untuk melawan birokrasi kotor dan korup di negeri ini.
Terimakasih Ahok, terus maju Ahok ! tubuh anda di penjara tapi usaha anda terus berkobar di alam merdeka. Sumber http://bizril.blogspot.com
Mari berteman dengan saya
Follow my Instagram _yudha58
0 Response to "Ahok Dan Istilah Usaha Butuh Pengorbanan"
Posting Komentar