Untaian Pesan Tersirat Sobat Abdullah Bin Abbas Ra

 bXfmiAXJaqFSWpRoiNgXZhgLEiUAevCBDkvVsyLRWvlf Untaian Hikmah Sahabat Abdullah Bin Abbas Ra
“Abdullah bin Abbas yaitu cowok yang dewasa, mempunyai mulut yang selalu bertanya dan nalar yang sangat cerdas” (Umar bin Khattab)

 Sungguh sahabat kita yang mulia ini mempunyai kemuliaan dalam segala hal. Tidak ada sedikitpun yang tidak terjamah dengan kemuliaannya. Kemuliaannya yang pertama ialah sebagai seorang sahabat Rasulullah. Meskipun dia dilahirkan jauh hari dari Rasulullah, namun Abdullah bin Abbas masih sempat mendapat kemuliaan untuk menjadi sahabat beliau.

Kemuliaan yang kedua ialah hubungan kerabatnya dengan Rasululllah. Abdullah bin Abbas yaitu sepupu Rasulullah Saw. Kemuliaannya yang ketiga  adalah keilmuannya yang luas. Abdullah bin Abbas yaitu seorang alim dan shalih dari kalangan umat nabi Muhammad. Dia juga merupakan lautan ilmu yang sangat dalam.
Kemuliaan yang lainnya yaitu ketakwaanya. Abdullah bin Abbas merupakan orang yang sering puasa di siang hari, sering shalat tahajjud pada malam hari, dan sering beristighfar di waktu pagi menjelang subuh. Abdullah bin Abbas yaitu orang yang sangat sering menangis lantaran takut kepada Allah. Karena seringnya dia menangis air matanya membekaskan dua garis di pipinya.
 
Dialah Abdullah bin Abbas, pendidik yang alim dan mengenal Allah dari kalangan umat nabi Muhammad. Dia yaitu orang yang paling mengetahui kitab Allah dan paling berilmu dalam mentakwilkannya, paling berilmu dalam menyelami kandungan-kandungannya, hingga menemukan maksud-maksud serta rahasia-rahasia al-Qur’an.
Abdullah bin Abbas dilahirkan tiga tahun sebelum hijrah. Ketika Rasulullah wafat usianya tidak lebih dari 13 tahun saja.
 
Meskipun demikian namun Abdullah bin Abbas menghafal 1660 hadis Rasulullah untuk kaum muslimin yang sering diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dalam dua kitab shahihnya.
Ketika Abdullah bin Abbas dilahirkan, dia dibawa  menuju Rasulullah. Rasulullah memasukkan air liur dia ke  tenggorokannya dengan tangan beliau. Sehingga yang pertama kali masuk ke dalam perutnya yaitu air liur Rasulullah yang berkah dan suci. Bersamaan dengan masuknya air liur tersebut masuk pula takwa dan hikmah ke dalam dirinya.
 
“Barangsiapa yang diberikan hikmah maka sungguh dia telah diberikan kebaikan yang banyak”
 
Ketika cowok dari bani Hasyim itu menginjak remaja dan mencapai usia baligh, ia selalu mendampingi Rasulullah. Kedekatannya mirip mata yang selalu mengikuti pemiliknya. Abdullah bin Abbas selalu menyiapkan air wudlu untuk Rasulullah ketika dia hendak wudlu.
Saat Rasulullah shalat, Abdullah bin Abbas shalat di belakang beliau. Ketika Rasulullah bepergian, Abdullah bin Abbas selalu membonceng dibelakang beliau.
Kedekatannya dengan Rasulullah mirip bayangan dia yang selalu mengikuti kemanapun dia berjalan dan dimanapun dia berputar.
 
Disamping Abdullah bin Abbas selalu mengikuti Rasulullah, Abdullah bin Abbas juga mempunyai hati yang sangat jernih, otak yang cerdas, dan sangat berilmu menghafal meskipun tanpa alat penghafal yang canggih mirip sekarang.
Abdullah bin Abbas bercerita ihwal dirinya,
Pada suatu ketika Rasulullah ingin berwudlu, dengan sigap saya menyiapkan air wudlu beliau. Rasulullah sangat senang dengan yang saya lakukan.
 
Ketika dia hendak shalat, dia menunjukku untuk shalat di samping beliau. Namun saya bangkit di belakang beliau. Selesai shalat dia mencondongkan tubuh dia ke arahku dan bertanya, “Apa yang menghalangimu untuk shalat di sampingku wahai Abdullah?” Aku menjawab, “Engkau lebih mulia dan lebih terhormat di pandanganku daripada saya bangkit di sampingmu.” Lalu Rasulullah mengangkat kedua tangannya ke langit seraya berdoa, “Ya Allah, berikanlah hikmah kepadanya”
Dan ternyata Allah mengabulkan doa nabi Muhammad Saw.. Allah menawarkan hikmah kepada Abdullah bin Abbas melebihi para jago hikmah lainnya.
Tidak diragukan lagi, pasti anda sangat ingin untuk mendengarkan dongeng demi dongeng Abdullah bin Abbas. Inilah kisah-kisah yang anda inginkan.
 
Ketika sahabat Ali bin Abi Thalib berseteru dengan Muawiyah, para sahabat Ali meninggalkan dirinya. Abdullah bin Abbas berkata kepada Ali, “Wahai Amirul Mukminin, izinkanlah saya mendatangi kaummu dan menjelaskan kepada mereka.” Ali bin Abi Thalib menjawab, “Aku sangat mengkhawatirkanmu kalau engkau terkena ancaman mereka.” Abdullah bin Abbas berkata, “Sekali-kali mustahil hal itu akan terjadi, kalau Allah menghendaki.”
 
Lalu Abdullah bin Abbas menemui mereka. Ketika melihat mereka ternyata tidak ada satu kaumpun yang lebih ulet dalam beribadah melebihi mereka.
Mereka berkata, “Selamat tiba wahai Ibnu Abbas! Ada apa engkau tiba kemari?” Abdullah bin Abbas berkata, “Aku tiba untuk menawarkan klarifikasi kepada kalian.”
Sebagian mereka menjawab, “Tidak usah kau menjelaskannya pada kami.” Namun sebagian yang lainnya menjawab, “Jelaskanlah, kami akan mendengarkannya.”
 
Abdullah bin Abbas berkata, “Apa yang mengakibatkan kalian mengingkari sepupu Rasulullah yang sekaligus menantu dia dan juga orang yang pertama kali beriman pada dia (Ali)?”
Mereka menjawab, “Kami mengingkari tiga hal darinya.”
Abdullah bin Abbas bertanya, “Apa saja itu?”
Mereka menjawab, “Yang pertama, lantaran dia menimbulkan orang-orang yang berada di dalam agama Allah sebagai hakim. Yang kedua, dia memerangi Aisyah dan Muawiyah, namun tidak mengambil ghanimah (rampasan perang)  dan tawanan perang. Yang ketiga, dia menghapus gelar Amirul Mukminin dari dirinya. Padahal kaum mukminin membaiatnya dan mengangkatnya menjadi pemimpin.”
Abdullah bin Abbas berkata, “Bagaimana kalau saya bacakan ayat Al-Qur’an kepada kalian dan saya bacakan hadis Rasulullah yang tidak kalian ingkari. Apakah kalian akan merubah pendirian yang kalian pegang tersebut?”
Mereka menjawab, “Iya!”
 
Abdullah bin Abbas membacakan firman Allah,
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kau membunuh hewan buruan, ketika kau sedang ihram. Barangsiapa di antara kau membunuhnya dengan sengaja, Maka dendanya ialah mengganti dengan hewan ternak seimbang dengan buruan yang dibunuhnya, berdasarkan putusan dua orang yang adil di antara kau sebagai had-yad yang dibawa hingga ke Ka’bah atau (dendanya) membayar kaffarat dengan memberi makan orang-orang miskin atau berpuasa seimbang dengan makanan yang dikeluarkan itu, supaya dia mencicipi akhir jelek dari perbuatannya. Allah Telah memaafkan apa yang Telah lalu. dan barangsiapa yang kembali mengerjakannya, pasti Allah akan menyiksanya. Allah Maha Kuasa lagi mempunyai (kekuasaan untuk) menyiksa.(al-Maidah:95)
 
Abdullah bin Mas’ud bertanya, “Aku bersumpah kepada kalian dengan nama Allah. Bagaimana tanggapan kalian dengan pria yang menjaga harga diri, darah dan perdamaian di antara mereka dengan seekor kelinci yang harganya tidak lebih dari seperempat dirham. Apakah  menjaga diri, harta, dan perdamaian lebih berhak daripada menjaga kelinci?”
Mereka menjawab, “Yang lebih berhak yaitu menjaga darah, diri dan perdamaian di antara mereka. “
Abdullah bin Abbas bertanya, “Sudahkah kalian faham dengan hal ini?”
Mereka menjawab, “Iya.”
Abdullah bin Abbas bertanya, “Jika kalian mengatakan, bergotong-royong Ali berperang namun tidak mengambil tawanan wanita, sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah. Apakah kalian menghendaki kalau Ali menawan Aisyah, ibu kalian dan menghalalkan kehormatannya (boleh dikumpuli) sebagaimana Rasulullah menawan perempuan lain? Jika kalian menghendaki Ali untuk menawan Aisyah, maka sungguh kalian telah kafir. Namun kalau kalian menyampaikan bahwa Aisyah bukan ibu kalian, maka sungguh kalian juga kafir, lantaran Allah Swt.  berfirman,”
 
“Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri dan isteri-isterinya yaitu ibu-ibu mereka. (al-Ahzâb:6)
Abdullah bin Abbas bertanya, “Sudahkah kalian faham dengan hal ini?”
Mereka menjawab, “Iya.”
Abdullah bin Abbas menjawab, “Sekarang terserah kalian menentukan yang mana saja.”
Abdullah bin Abbas berkata, “Adapun perkataan kalian, bergotong-royong Ali menghapus gelar Amirul Mukminin dari dirinya. Alasannya adalah, pada insiden perjanjian Hudaibiyyah Rasulullah meminta kaum musyrikin untuk  menulis isi perjanjian itu dengan nama dia Muhammad Rasulullah, namun mereka enggan dan berkata, “Kalimat ‘Rasulullah’ (Utusan Allah) inilah yang menciptakan kami memerangimu” tulislah Muhammad bin Abdullah.” Dan Rasulullahpun menuruti kemauan mereka. Beliau berkata, “Sungguh saya yaitu Rasulullah, meskipun kalian mendustakanku. “
Abdullah bin Abbas kembali bertanya, “Apakah kalian sudah faham hal ini?”
Mereka menjawab, “Iya.”
 
Hasil dari pembicaraan Ali yang penuh dengan hikmah yang dalam dan alasan yang berpengaruh ini yaitu kembalinya 20.000 orang ke barisan Ali bin Abi Thalib. Sedangkan 4000 orang lainnya masih memusuhi dan melawan Ali serta berpaling dari kebenaran.
Pemuda yang berjulukan Abdullah bin Abbas ini menempuh banyak sekali jalan untuk menuntut ilmu. Untuk meraih ilmu yang dia tuju dia mengerahkan segenap tenaganya.
Abdullah bin Abbas minum dari ‘sumber air’ Rasulullah selama hidup beliau. Ketika Rasulullah pulang ke haribaan Allah, Abdullah bin Abbas mencari ilmu dari para ulama’ yang masih tersisa. Dia mengambil ilmu dari mereka dan juga mencar ilmu secara tatap muka dengan mereka.
Abdullah bin Abbas bercerita ihwal dirinya,
 
Apabila ada salah seorang sahabat yang memberikan hadis Rasulullah kepadaku, saya pribadi mendatangi pintu rumah dia di kala dia sedang tidur siang. Aku membentangkan selendangku di teras rumahnya. Hingga angin-angin menerbangkan debu ke badanku. Seandainya saja saya meminta izin kepada dia pasti dia mengizinkanku. Sungguh saya melaksanakan hal tersebut biar tidak mengganggu istirahat beliau.
 
Ketika Rasulullah keluar dari rumahnya dan melihat kondisi Abdullah bin Abbas mirip itu, dia bertanya, “Wahai sepupu Rasulullah, apa yang mendorongmu untuk tiba kepadaku? Tidakkah cukup engkau mengirim surat kepadaku kemudian saya mendatangimu?”
Abdullah bin Abbas berkata, “Aku lebih berhak untuk mendatangimu. Karena ilmu itu didatangi bukan mendatangi.” Baru sesudah itu saya bertanya kepada dia hadis yang dia sabdakan.
Meskipun Abdullah bin Abbas menghinakan dirinya dalam menuntut ilmu namun dia sangat menghormati para ulama’.
 
Lihatlah ketika Zaid bin Tsabit, penulis wahyu dan pemimpin penduduk Madinah dalam problem Fiqih, Qira’ah, dan ilmu Fara’idl (ilmu waris) menunggang kendaraannya, Abdullah bin Abbas, cowok dari Bani Hasyim itu bangkit di hadapannya mirip berdirinya seorang budak kepada tuannya. Abdullah bin Abbas memegangi unta Zaid bin Tsabit dan memegang tali kendalinya.
Zaid berkata padanya, “Wahai sepupu Rasulullah, lepaskanlah tali itu!”
Ibnu Abbas berkata, “Beginilah kami diperintahkan untuk berperilaku kepada  ulama’ kami.”
Zaid berkata, “Tunjukkan tanganmu padaku!”
Abdullah bin Abbas mengeluarkan dua tangan beliau. Pada waktu itu Zaid bin Tsabit membungkukkan tubuhnya dan mencium tangannya. Zaid berkata, “Beginilah kami diperintahkan untuk berperilaku kepada keluarga nabi kami.”
 
Abdullah bin Abbas terbiasa mencari ilmu dengan cara mirip itu. Bahkan hal itu menjadi sesuatu yang sangat menakjubkan bagi para pujangga.
Masru’ bin al-Ajda’, salah seorang tokoh tabi’in berkata, “Ketika saya melihat Abdullah bin Abbas, saya selalu menyampaikan “inilah insan yang paling tampan.”
Apabila saya mendengar dia berkata, saya mengucapkan, “Inilah orang yang paling fasih lisannya.”
Apabila dia berbicara ihwal keilmuan saya berkata, “Inilah orang yang paling alim (luas wawasannya) di kalangan manusia.
 
Ketika keilmuan Abdullah bin Abbas hampir mencapai kesempurnaan yang dia inginkan, Abdullah bin Abbas menjadi guru bagi semua manusia.
Rumahnya yaitu kampus bagi kaum muslimin. Ya, kampus dalam arti mirip di masa modern ini. Hanya saja terdapat perbedaan antara kampus Abdullah bin Abbas dengan kampus ketika ini.
Kampus ketika ini dipenuhi dengan puluhan dosen, sedangkan kampus Abdullah bin Abbas hanya bertumpu kepada satu dosen saja, yaitu Abdullah bin Abbas.
Salah seorang sahabatnya berkata, “Sungguh saya sudah tahu betul majlis Abdullah bin Abbas. Seandainya saja semua kaum Quraisy membanggakan majlis Abdullah bin Abbas, sungguh hal itu sudah tepat untuk menjadi kebanggaan.”
Aku melihat banyak sekali orang yang berkumpul di jalan yang menuju ke rumahnya, hingga jalan tersebut disesaki oleh mereka. Aku masuk ke dalam rumahnya dan memberitahunya bahwa insan sudah berjejal-jejalan di pintu rumahnya.“
 
Abdullah bin Abbas berkata kepadaku, “Sediakanlah air wudlu untukku!”
Setelah itu Abdullah bin Abbas berwudlu dan duduk. Dia berkata kepadaku, “Katakanlah kepada mereka, siapa yang menginginkan ilmu ihwal al-Qur’an dan cara membacanya, silahkan masuk!”
Lalu saya keluar dan menyampaikan hal itu kepada orang-orang yang sudah berdesakan diluar. Akhirnya mereka yang menginginkan ilmu tersebut masuk ke dalam rumahnya hingga memenuhi kamar beliau. Semua pertanyaan yang diajukan kepadanya, dia jawab dengan baik. Bahkan Abdullah bin Abbas menjawab melebihi apa yang mereka inginkan. Lalu Abdullah bin Abbas berkata kepada mereka, “Berikanlah jalan untuk saudara kalian yang lain!” Lalu mereka keluar.
Abdullah bin Abbas berkata kepadaku, “Katakan kepada mereka, siapa yang ingin bertanya ihwal tafsir dan takwil al-Qur’an silahkan masuk!” Lalu saya keluar dan menyampaikan hal tersebut kepada mereka.
 
Akhirnya mereka masuk dan memenuhi kamarnya. Semua pertanyaan mereka dia jawab dengan baik, bahkan dia jawab dengan tanggapan yang lebih menyeluruh dari pertanyaan mereka. Setelah itu Abdullah bin Abbas berkata kepada mereka, “Berikanlah jalan untuk saudara kalian yang lain!” Lalu mereka keluar.
 
Abdullah bin Abbas berkata kepadaku, “Keluarlah dan katakan kepada mereka, siapa yang ingin bertanya ihwal halal dan haram serta aturan fikih, silahkan masuk!” Lalu saya keluar dan menyampaikan hal tersebut kepada mereka.
Akhirnya mereka masuk dan memenuhi kamarnya. Semua pertanyaan mereka dia jawab dengan baik, bahkan dia menjawab dengan tanggapan yang lebih menyeluruh dari pertanyaan mereka. Setelah itu Abdullah bin Abbas berkata kepada mereka, “Berikanlah jalan untuk saudara kalian yang lain!” Lalu mereka keluar.
 
Abdullah bin Abbas berkata kepadaku, “Keluarlah dan katakan kepada mereka, barangsiapa yang ingin bertanya ihwal ilmu faraidl dan yang semisalnya, silahkan masuk!” Lalu saya keluar dan menyampaikan hal tersebut kepada mereka.
Akhirnya mereka masuk dan memenuhi kamarnya. Semua pertanyaan mereka dia jawab dengan baik, bahkan dia jawab dengan tanggapan yang lebih menyeluruh dari pertanyaan mereka. Setelah itu Abdullah bin Abbas berkata kepada mereka, “Berikanlah jalan untuk saudara kalian yang lain!” Lalu mereka keluar.
 
Abdullah bin Abbas berkata kepadaku, “Keluarlah dan katakan kepada mereka, siapa yang ingin bertanya ihwal syair, bahasa arab dan makna-makna kalimat absurd silahkan masuk!” Lalu saya keluar dan menyampaikan hal tersebut kepada mereka.
 
Akhirnya mereka masuk dan memenuhi kamarnya. Semua pertanyaan mereka dia jawab dengan baik, bahkan dia jawab dengan tanggapan yang lebih menyeluruh dari pertanyaan mereka.
Orang yang menceritakan hal ini mengatakan, “Seandainya semua orang Quraisy membanggakan hal tersebut, sungguh hal itu sudah merupakan sebuah kebanggaan.”
Abdullah bin Abbas mempunyai cita-cita untuk membagikan ilmu sesuai hari-hari yang ada, hingga tidak terjadi desak-desakan di pintunya mirip hari itu. Abdullah bin Abbas membagi satu hari dalam satu ahad khusus untuk mempelajari ilmu tafsir. Satu hari berikutnya khusus untuk mempelajari ilmu fikih. Satu hari berikutnya khusus untuk mempelajari sejarah peperangan Rasulullah, satu hari berikutnya khusus untuk mempelajari syair, satu hari berikutnya khusus untuk mempelajari hari-hari orang Arab. Semua orang alim yang duduk di majlisnya tunduk padanya. Semua yang bertanya kepadanya pasti akan mendapat ilmu.
 
Abdullah bin Abbas juga merupakan orang yang selalu diajak bermusyawarah oleh para khalifah lantaran kelebihan ilmunya dan kefakihannya. Meskipun ketika itu usianya masih muda.
Apabila Umar bin Khattab mempunyai problem yang sangat sukar diselesaikan, dia memanggil semua sahabatnya. Di antara orang yang dia undang yaitu Abdullah bin Abbas. Apabila Abdullah bin Abbas datang, Umar meninggikan kawasan duduk Abdullah bin Abbas, sedangkan dia sendiri merendahkan kawasan duduknya.
 
Umar berkata kepadanya, “Saya mempunyai problem yang sangat berat sekali, hanya orang-orang yang semisalmu yang sanggup menuntaskan problem tersebut.”
Pernah suatu ketika Umar dikritik lantaran mengundang Abdullah bin Abbas dan mengikutsertakannya dalam kumpulan para sahabat. Abdullah bin Mas’ud masih terlalu muda, alasan mereka. Lalu Umar bin Khattab menjawab, “Sungguh Abdullah bin Abbas yaitu cowok yang berfikiran dewasa, mempunyai mulut yang selalu bertanya, mempunyai nalar yang cerdas.”
Meskipun Abdullah bin Abbas selalu pergi untuk mengajarkan ilmu kepada orang-orang tertentu namun dia tidak melupakan haknya kepada orang-orang awam. Dia juga mempunyai majlis untuk menawarkan nasihat dan peringatan.
Di antara nasihatnya ialah, nasihat  kepada para pelaku dosa,
 
“Wahai para pelaku dosa, janganlah kalian merasa kondusif dari siksaan yang disebabkan oleh dosa kalian. Ketahuilah, dosa yang kalian lakukan akan selalu diiringi dosa yang lebih besar dari dosa yang kalian lakukan. Ketiadaan rasa malu kepada orang yang berada di sebelah kanan dan kirimu ketika engkau melaksanakan perbuatan dosa tidaklah mengurangi dosa kalian. Tertawa kalian ketika melaksanakan dosa, sungguh lebih besar dosanya daripada dosa yang kalian lakukan. Kalian melaksanakan perbuatan dosa, padahal kalian tidak tahu apa yang akan Allah perbuat untuk kalian. Kebahagiaan kalian ketika berhasil  melaksanakan dosa, lebih besar dosanya daripada dosa yang kalian lakukan. Kesedihan kalian lantaran tidak sanggup melaksanakan dosa, merupakan dosa yang lebih besar daripada dosa itu sendiri. Ketakutan kalian kalau perbuatan dosa yang kalian lakukan diketahui insan yaitu dosa yang lebih besar dari dosa yang kalian lakukan. Apalagi kalau hati kalian pada waktu itu tidak sedikitpun ada rasa takut dengan pengawasan Allah. Wahai para pelaku dosa, tahukan kalian apa dosa nabi Ayyub As. ketika Allah menimpakan cobaan pada diri dan hartanya? Dosanya pada waktu itu hanyalah lantaran dia tidak menawarkan sumbangan kepada orang yang tiba meminta tolong padanya.”
****
Abdullah bin Abbas bukanlah merupakan tipe orang yang menyampaikan apa yang tidak dia lakukan, bukan pula mirip orang yang melarang sesuatu padahal dia sendiri melakukannya. Abdullah bin Abbas yaitu orang yang jago puasa di siang hari dan jago shalat tahajjud pada malam hari.
Abdullah bin Malikah menceritakan ihwal Abdullah bin Abbas. Dia berkata, “Dulu saya pernah menemani Abdullah bin Abbas bepergian dari Makkah menuju Madinah. Apabila kami singgah di sebuah rumah, kami melaksanakan shalat di separuh malam ketika semua insan tertidur lantaran kecapekan yang luar biasa. Pada suatu malam saya melihatnya membaca ayat,

وَ جآءَتْ سَكْرَةُ الْمَوْتِ بِالْحَقِّ ذلِكَ مَا كُنْتَ مِنْهُ تَحِيْدُ

“Dan datanglah sakaratul tamat hidup dengan nyata, pada waktu itu kalian tidak sanggup melarikan diri…”(Qaf:19)
Abdullah bin Abbas mengulang-ulang ayat itu dan menangis dengan bunyi yang keras hingga matahari terbit.”
****
Setelah kita mengenal Abdullah bin Abbas, cukuplah bagi kita untuk menyampaikan bahwa Abdullah bin Abbas yaitu orang yang paling menawan di antara semua insan dan paling cerah wajahnya. Abdullah bin Abbas selalu menangis di tengah malam lantaran takut kepada Allah hingga air matanya yang deras meninggalkan dua bekas pada kedua pipinya yang indah. Bekas itu mirip bekas tali sandal.
 
Abdullah bin Abbas mencapai puncak kemuliaan ilmu yang paling tinggi. Hal itu terbukti ketika pada suatu hari khalifah Muawiyah bin Abi Sufyan keluar untuk menunaikan ibadah haji. Abdullah bin Abbas pada waktu itu juga keluar untuk menunaikan ibadah haji. Waktu itu Abdullah bin Abbas tidak mempunyai kekuasaan atau kerajaan. Muawiyah membawa rombongan yang sangat banyak yang terdiri dari para pegawai pemerintahannya. Namun ternyata Abdullah bin Abbas juga mempunyai rombongan yang sangat banyak melebihi rombongan khalifah Muawiyah. Rombongan tersebut yaitu para pencari ilmu.
Abdullah bin Abbas hidup di dunia selama 71 tahun. Selama hidupnya dia memenuhi dunia dengan ilmu, hikmah dan takwa.
 
Ketika Abdullah bin Abbas meninggal dunia, Muhammad bin Hanafiyyah juga turut menyolatkannya. Sedangkan yang lainnya ialah para sahabat yang masih hidup dan juga para tabi’in.
Ketika mereka menaburkan tanah di atas kuburannya, tiba-tiba mereka mendengar seseorang yang membaca,
Artinya,
“Wahai jiwa-jiwa yang tenang. Kembalilah kepada tuhanMu dengan hati yang ridha dan diridhai * Masuklah ke dalam golongan hamba-hambaKu dan masuklah surgaKu. (al-Fajr: 27-30) 

Sumber http://mawasangka-bagea.blogspot.com

Mari berteman dengan saya

Follow my Instagram _yudha58

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Untaian Pesan Tersirat Sobat Abdullah Bin Abbas Ra"

Posting Komentar