√ Babel Kuno Kawasan Lahir Peradaban

orang berjalan di erat replika Ishtar Gate situs arkeologi Babel √ Babel Kuno Tempat Lahir Peradaban

Orang-orang berjalan di erat replika Ishtar Gate situs arkeologi Babel, Irak, pada hari Jumat. AP

Kota kuno Babel pertama kali dirujuk dalam sebuah tablet tanah liat dari kurun ke-23 SM yang telah ditetapkan sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO sesudah beberapa dekade lobi oleh Irak.
Keputusan itu diambil ketika pemungutan bunyi pada pertemuan Komite Warisan Dunia UNESCO di ibukota Azerbaijan, Baku hari Jumat. Itu menciptakan kota Mesopotamiam kuno di Sungai Eufrat menjadi situs warisan dunia keenam di perbatasan negara yang dikenal sebagai daerah lahirnya peradaban.

Presiden Irak Barham Salih menyampaikan kota itu yang kini merupakan reruntuhan arkeologis dikembalikan ke "tempat yang semestinya" dalam sejarah sesudah bertahun-tahun diabaikan oleh para pemimpin sebelumnya. Perdana Menteri Adel Abdul Mahdi juga menyambut baik gosip itu.

"Mesopotamia benar-benar pilar ingatan umat insan dan daerah lahirnya peradaban dalam sejarah yang tercatat," katanya.

Pemerintah menyampaikan akan mengalokasikan dana untuk mempertahankan dan meningkatkan upaya konservasi.

Babel, sekitar 85 kilometer selatan Baghdad, dulunya merupakan sentra kerajaan yang luas, yang populer dengan menara dan kuil-kuilnya. Taman-taman gantungnya yaitu salah satu dari tujuh keajaiban kuno dunia yang ditugaskan oleh Raja Nebukadnezar II.

Pengunjung sanggup berjalan melalui sisa-sisa bangunan bata dan tanah liat yang membentang sepanjang 10 kilometer persegi dan melihat patung Singa Babel yang populer serta sebagian besar dari Gerbang Ishtar yang asli.

Ketika matahari mulai terbenam di reruntuhan yang runtuh, para pelopor dan penduduk mengambil replika gerbang Ishtar di pintu masuk situs untuk merayakan apa yang mereka sebut momen bersejarah.

"Ini sangat penting, alasannya yaitu Babel kini akan menjadi situs yang dilindungi," kata Marina al-Khafaji, warga setempat yang berharap penunjukan itu akan meningkatkan pariwisata dan ekonomi lokal.

Itu akan memungkinkan untuk eksplorasi dan penelitian lebih lanjut, kata Makki Mohammad Farhoud berumur 53, seorang pemandu wisata di situs selama lebih dari 25 tahun mencatat bahwa hanya 18 % dari itu telah digali.

"Babel yaitu darah yang mengalir di pembuluh darahku, saya menyukainya lebih daripada saya menyayangi anak-anakku," katanya.

Penggalian yang dulunya kota terbesar di dunia dimulai pada awal kurun ke-19 oleh para arkeolog Eropa, yang menghilangkan banyak artefak.

Pada tahun 1970-an, di bawah proyek restorasi Presiden Saddam Hussein, tembok dan lengkungan istana selatan dengan jelek dibangun kembali di atas reruntuhan yang ada, mengakibatkan kerusakan luas.

Ini diperburuk selama invasi pimpinan AS ke Irak pada tahun 2003 ketika pasukan AS dan Polandia yang ditempatkan di dekatnya membangun pangkalan militer mereka di atas reruntuhan Babel.

Banyak prasasti yang ditulis oleh tentara masih sanggup dilihat pada kerikil bata kuno.

Situs ini sangat membutuhkan konservasi, kata Farhoud. Tidak ibarat 3 situs Warisan Dunia lainnya di Irak, UNESCO tidak menunjuk Babel sebagai salah satu "dalam bahaya" sesudah keberatan dari delegasi Irak.

Irak penuh dengan ribuan situs arkeologi, banyak di antaranya rusak berat atau dijarah oleh Negara Islam selama pemerintahan 3 tahun barbar yang berakhir pada 2017.

5 Situs Warisan Dunia lainnya yaitu tanah rawa selatan, Hatra, Samarra, Ashur dan benteng di Erbil, ibukota Wilayah Kurdistan Irak.