puisi karya : sapardi djoko damono
tak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan juni
dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu
dari hujan bulan juni
dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu
tak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu
dari hujan bulan juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu
tak ada yang lebih arif
dari hujan bulan juni
dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu
dari hujan bulan juni
dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu
(Hujan Bulan Juni, 1989)
Hujan, yang mengenakan mantel, sepatu panjang, dan
payung, bangun di samping tiang listrik. Katanya
kepada lampu jalan, “Tutup matamu dan tidurlah. Biar
kujaga malam.”
payung, bangun di samping tiang listrik. Katanya
kepada lampu jalan, “Tutup matamu dan tidurlah. Biar
kujaga malam.”
“Kau hujan memang suka serba kelam serba mistik serba
bunyi desah; asalmu dari laut, langit, dan bumi;
kembalilah, jangan menggodaku tidur. Aku sahabat
manusia. Ia suka terang.”
bunyi desah; asalmu dari laut, langit, dan bumi;
kembalilah, jangan menggodaku tidur. Aku sahabat
manusia. Ia suka terang.”
(Percakapan Malam Hujan, 1973)
mata pisau itu tak berkerjap menatapmu;
kamu yang gres saja mengasahnya
berpikir: ia tajam untuk mengiris apel
yang tersedia di atas meja
sesudah makan malam;
ia berkilat terbayang olehnya urat lehermu.
(Mata Pisau, 1971)
kamu yang gres saja mengasahnya
berpikir: ia tajam untuk mengiris apel
yang tersedia di atas meja
sesudah makan malam;
ia berkilat terbayang olehnya urat lehermu.
(Mata Pisau, 1971)
Mari berteman dengan saya
Follow my Instagram _yudha58
0 Response to "Kumpulan Puisi Karya Sapardi Djoko Damono"
Posting Komentar