Budidaya Ubi Kayu / Singkong

KLASIFIKASI TANAMAN UBI KAYU 
Kingdom    : Plantae atau tumbuh-tumbuhan
Divisi   : Spermatophyta atau tumbuhan berbiji
Sub divisi : Angiospermae atau berbiji tertutup
Kelas  : Dicotyledoneae atau biji berkeping dua
Ordo         : Euphorbiales
Famili        : Euphorbiaceae
Genus       : Manihot
Spesies     : Manihot utilissima Pohl.; Manihot esculenta Crantz sin.
    Di Indonesia, ketela pohon menjadi masakan materi pangan pokok sehabis beras dan jagung. Manfaat daun ketela pohon sebagai materi sayuran mempunyai protein cukup tinggi, atau untuk keperluan yang lain ibarat materi obat-obatan. Kayunya sanggup dipakai sebagai pagar kebun atau di desa-desa sering dipakai sebagai kayu bakar untuk memasak. Dengan perkembangan teknologi, ketela pohon dijadikan materi dasar pada industri masakan dan materi baku industri pakan. Selain itu dipakai pula pada industri obat-obatan.
SYARAT PETUMBUHAN
Iklim
   a) Curah hujan yang sesuai untuk tumbuhan ketela pohon antara 1.500-2.500 mm/tahun.
   b) Suhu udara minimal bagi tumbuhnya ketela kohon sekitar 10 derajat C. Bila suhunya di bawah 10 derajat C mengakibatkan pertumbuhan tumbuhan sedikit terhambat, menjadi kerdil alasannya pertumbuhan bunga yang kurang sempurna.
   c) Kelembaban udara optimal untuk tumbuhan ketela pohon antara 60-65%.
   d) Sinar matahari yang diharapkan bagi tumbuhan ketela pohon sekitar 10 jam/hari terutama untuk kesuburan daun dan perkembangan umbinya.
Media Tanam
    a) Tanah yang paling sesuai untuk ketela pohon yaitu tanah yang berstruktur remah, gembur, tidak terlalu liat dan tidak terlalu poros serta kaya materi organik. Tanah dengan struktur remah mempunyai tata udara yang baik, unsur hara lebih gampang tersedia dan gampang diolah. Untuk pertumbuhan tumbuhan ketela pohon yang lebih baik, tanah harus subur dan kaya materi organik baik unsur makro maupun mikronya.
   b) Jenis tanah yang sesuai untuk tumbuhan ketela pohon yaitu jenis aluvial latosol, podsolik merah kuning, mediteran, grumosol dan andosol.
   c) Derajat keasaman (pH) tanah yang sesuai untuk budidaya ketela pohon berkisar antara 4,5-8,0 dengan pH ideal 5,8. Pada umumnya tanah di Indonesia ber-pH rendah (asam), yaitu berkisar 4,0-5,5, sehingga seringkali dikatakan cukup netral bagi suburnya tumbuhan ketela pohon.
Ketinggian Tempat
Ketinggian tempat yang baik dan ideal untuk tumbuhan ketela pohon antara 10–700 m dpl, sedangkan toleransinya antara 10–1.500 m dpl. Jenis ketela pohon tertentu sanggup ditanam pada ketinggian tempat tertentu untuk sanggup tumbuh optimal.
PEDOMAN BUDIDAYA

A. PEMBIBITAN
   1.Persyaratan Bibit
Bibit yang baik untuk bertanam ketela pohon harus memenuhi syarat sebagai berikut: 
a) Ketela pohon berasal dari tumbuhan induk yang cukup bau tanah (10-12 bulan).
b) Ketela pohon harus dengan pertumbuhannya yang normal dan sehat serta seragam.
c) Batangnya telah berkayu dan berdiameter + 2,5 cm lurus.
d) Belum tumbuh tunas-tunas baru.

   2.Penyiapan Bibit
Penyiapan bibit ketela pohon mencakup hal-hal sebagai berikut:
a) Bibit berupa stek batang.
b) Sebagai stek pilih batang cuilan bawah hingga tengah.
c) Setelah stek terpilih kemudian diikat, masing-masing ikatan berjumlah antara
25–30 batang stek.
d) Semua ikatan stek yang dibutuhkan, kemudian diangkut ke lokasi penanaman.
B. PENGOLAHAN MEDIA TANAM
    1.Persiapan
Kegiatan yang perlu dilakukan sebelum pengolahan lahan adalah:
   a) Pengukuran pH tanah dilakukan dengan memakai kertas lakmus, pH meter dan cairan pH tester. 
   b) Penganalisaan jenis tanah pada teladan atau sempel tanah yang akan ditanami untuk mengetahui ketersediaan unsur hara, kandungan materi organik.
   c) Penetapan jadwal/waktu tanam berkaitan erat dengan dikala panen. Hal ini perlu diperhitungkan dengan asumsi waktu tanam bersamaan dengan tanamanlainnya (tumpang sari), sehingga sekaligus sanggup memproduksi beberapa variasi tumbuhan yang sejenis. 
   d) Luas areal penanaman diadaptasi dengan modal dan kebutuhan setiap petani ketela pohon. Pengaturan volume produksi penting juga diperhitungkan alasannya berkaitan erat dengan asumsi harga pada dikala panen dan pasar. Apabila pada dikala panen nantinya harga akan anjlok alasannya di kawasan pusat penanaman terjadi panen raya maka volume produksi diatur seminimal mungkin.
   2.Pembukaan dan Pembersihan Lahan
Pembukaan lahan pada pada dasarnya merupakan pencucian lahan dari segala macam gulma (tumbuhan pengganggu) dan akar-akar pertanaman sebelumnya. Tujuan pencucian lahan untuk memudahkan perakaran tumbuhan berkembang dan menghilangkan tumbuhan inang bagi hama dan penyakit yang mungkin ada. Pembajakan dilakukan dengan binatang ternak, ibarat kerbau, sapi, atau pun dengan mesin traktor.
Pencangkulan dilakukan pada sisi-sisi yang sulit dijangkau, pada tanah tegalan yang arealnya relatif lebih sempit oleh alat bajak dan alat garu hingga tanah siap untuk ditanami.
   3.Pembentukan Bedengan
Bedengan dibentuk pada dikala lahan sudah 70% dari tahap penyelesaian. Bedengan atau pelarikan dilakukan untuk memudahkan penanaman, sesuai dengan ukuran yang dikehendaki. Pembentukan bedengan/larikan ditujukan untuk memudahkan dalam pemeliharaan tanaman, ibarat pencucian tumbuhan liar maupun sehatnya pertumbuhan tanaman. 
   4.Pengapuran
Untuk menaikkan pH tanah, terutama pada lahan yang bersifat sangat masam/tanah gembut, perlu dilakukan pengapuran. Jenis kapur yang dipakai yaitu kapur kalsit/kaptan (CaCO3). Dosis yang biasa dipakai untuk pengapuran yaitu 1-2,5 ton/ha. Pengapuran diberikan pada waktu pembajakan atau pada dikala pembentukan bedengan bernafsu bersamaan dengan derma pupuk kandang. 

C. TEKNIK PENANAMAN
   1.Penentuan Pola Tanam
Pola tumbuhan harus memperhatikan isu terkini dan curah hujan. Pada lahan tegalan/kering, waktu tanam yang paling baik yaitu awal isu terkini hujan atau sehabis penanaman padi. Jarak tanam yang umum dipakai pada pola monokultur ada beberapa alternatif, yaitu 100 X 100 cm, 100 X 60 cm atau 100 X 40 cm. Bila pola tanam dengan sistem tumpang sari sanggup dengan jarak tanam 150 X 100 cm atau 300 X 150 cm.
   2.Cara Penanaman
Cara penanaman dilakukan dengan meruncingkan ujung bawah stek ketela pohon kemudian tanamkan sedalam 5-10 cm atau kurang lebih sepertiga cuilan stek tertimbun tanah. Bila tanahnya keras/berat dan berair/lembab, stek ditanam dangkal saja. 
D. PEMELIHARAAN TANAMAN 
   1.Penyulaman 
Untuk bibit yang mati/abnormal segera dilakukan penyulaman, yakni dengan cara mencabut dan diganti dengan bibit yang baru/cadangan. Bibit atau tumbuhan muda yang mati harus diganti atau disulam. Pada umumnya petani maupun pengusaha mengganti tumbuhan yang mati dengan sisa bibit yang ada. Bibit sulaman yang baik seharusnya juga merupakan tumbuhan yang sehat dan tepat waktu untuk ditanam. Penyulaman dilakukan pada pagi hari atau sore hari, dikala cuaca tidak terlalu panas. Waktu penyulaman yaitu ahad pertama dan ahad kedua sehabis penanaman. Saat penyulaman yang melewati ahad ketiga sehabis penanaman mengakibatkan perbedaan pertumbuhan yang menyolok antara tumbuhan pertama dan tumbuhan sulaman. 
   2.Penyiangan
Penyiangan bertujuan untuk membuang semua jenis rumput/ tumbuhan liar/pengganggu (gulma) yang hidup di sekitar tanaman. Dalam satu isu terkini penanaman minimal dilakukan 2 (dua) kali penyiangan.
   3.Pembubunan
Cara pembubunan dilakukan dengan menggemburkan tanah di sekitar tumbuhan dan sehabis itu dibentuk ibarat guludan. Waktu pembubunan sanggup bersamaan dengan waktu penyiangan, hal ini sanggup menghemat biaya. Apabila tanah sekitar tumbuhan Ketela pohon terkikis alasannya hujan atau terkena air siraman sehingga perlu dilakukan pembubunan/di tutup dengan tanah supaya akar tidak kelihatan.
   4.Perempalan/Pemangkasan
Pada tumbuhan Ketela pohon perlu dilakukan pemangkasan/pembuangan tunas alasannya minimal setiap pohon harus mempunyai cabang 2 atau 3 cabang. Hal ini supaya batang pohon tersebut sanggup dipakai sebagai bibit lagi di isu terkini tanam mendatang. 
   5.Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan sistem pemupukan berimbang antara N, P, K dengan takaran Urea=133–200 kg; TSP=60–100 kg dan KCl=120–200 kg. Pupuk tersebut diberikan pada dikala tanam dengan takaran N:P:K= 1/3 : 1 : 1/3 (pemupukan dasar) dan pada dikala tumbuhan berumur 2-3 bulan yaitu sisanya dengan takaran N:P:K= 2/3 : 0 : 2/3. 
   6.Pengairan dan Penyiraman
Kondisi lahan Ketela pohon dari awal tanam hingga umur + 4–5 bulan hendaknya selalu dalam keadaan lembab, tidak terlalu becek. Pada tanah yang kering perlu dilakukan penyiraman dan pengairan dari sumber air yang terdekat. Pengairan dilakukan pada dikala isu terkini kering dengan cara menyiram eksklusif akan tetapi cara ini sanggup merusak tanah. Sistem yang baik dipakai yaitu sistem genangan sehingga air sanggup hingga ke kawasan perakaran secara resapan. Pengairan dengan sistem genangan sanggup dilakukan dua ahad sekali dan untuk seterusnya diberikan menurut kebutuhan. 
   7.Waktu Penyemprotan Pestisida
Jenis dan takaran pestisida diadaptasi dengan jenis penyakitnya. Penyemprotan pestisida paling baik dilakukan pada pagi hari sehabis embun hilang atau pada sore hari. Dosis pestisida diadaptasi dengan serangan hama dan penyakit, baca dengan baik penggunaan takaran pada label brand obat yang digunakan. Apabila hama dan penyakit menyerang dengan ganas maka takaran pestisida harus lebih akan tetapi penggunaannya harus hati-hati alasannya serangga yang menguntungkan sanggup ikut mati. 
E. PANEN
   1.Ciri dan Umur Panen
Ketela pohon sanggup dipanen pada dikala pertumbuhan daun bawah mulai berkurang. Warna daun mulai menguning dan banyak yang rontok. Umur panen tumbuhan ketela pohon telah mencapai 6–8 bulan untuk varietas Genjah dan 9–12 bulan untuk varietas Dalam.
   2.Cara Panen
Ketela pohon dipanen dengan cara mencabut batangnya dan umbi yang tertinggal diambil dengan cangkul atau garpu tanah.

F. PASCA PANEN
   1.Pengumpulan
Hasil panen dikumpulkan di lokasi yang cukup strategis, kondusif dan gampang dijangkau oleh angkutan.
   2.Penyortiran dan Penggolongan
Pemilihan atau penyortiran umbi ketela pohon bergotong-royong sanggup dilakukan pada dikala pencabutan berlangsung. Akan tetapi penyortiran umbi ketela pohon sanggup dilakukan sehabis semua pohon dicabut dan ditampung dalam suatu tempat. Penyortiran dilakukan untuk menentukan umbi yang berwarna higienis terlihat dari kulit umbi yang segar serta yang cacat terutama terlihat dari ukuran besarnya umbi serta bercak hitam/garis-garis pada daging umbi.
   3.Penyimpanan
Cara penyimpanan hasil panen umbi ketela pohon dilakukan dengan cara sebagai berikut:
   a)   Buat lubang di dalam tanah untuk tempat penyimpanan umbi segar ketela pohon tersebut. Ukuran lubang diadaptasi dengan jumlah umbi yang akan disimpan. 
   b)   Alasi dasar lubang dengan jerami atau daun-daun, contohnya dengan daun nangka atau daun ketela pohon itu sendiri.
   c)   Masukkan umbi ketela pohon secara tersusun dan teratur secara berlapis kemudian masing-masing lapisan tutup dengan daun-daunan segar tersebut di atas atau jerami. 
   d)   Terakhir timbun lubang berisi umbi ketela pohon tersebut hingga lubang permukaan tertutup berbentuk cembung, dan sistem penyimpanan ibarat ini cukup infinit dan menciptakan umbi tetap segar ibarat aslinya.
   4.Pengemasan dan Pengangkutan
Pengemasan umbi ketela pohon bertujuan untuk melindungi umbi dari kerusakan selama dalam pengangkutan. Untuk pasaran antar kota/ dalam negeri dikemas dan dimasukkan dalam karung-karung goni atau keranjang terbuat dari bambu supaya tetap segar. Khusus untuk pemasaran antar pulau maupun diekspor, biasanya umbi ketela pohon ini dikemas dalam bentuk gaplek atau dijadikan tepung tapioka. Kemasan selanjutnya sanggup disimpan dalam karton ataupun plastik-plastik dalam perbagai ukuran, sesuai permintaan produsen.
Setelah dikemas umbi ketela pohon dalam bentuk segar maupun dalam bentuk gaplek ataupun tapioka diangkut dengan alat trasportasi baik tradisional maupun modern ke pihak konsumen, baik dalam maupun luar negeri.
HAMA DAN PENYAKIT
   1.   Hama 
a. Uret (Xylenthropus)
Ciri: berada dalam akar dari tanaman.
Gejala: tumbuhan mati pada yg usia muda, alasannya akar batang dan umbi dirusak.
Pengendalian: bersihkan sisa-sisa materi organik pada dikala tanam dan atau mencampur sevin pada dikala pengolahan lahan.

b. Tungau merah (Tetranychus bimaculatus)
Ciri: menyerang pada permukaan bawah daun dengan menghisap cairan daun tersebut.
Gejala: daun akan menjadi kering.
Pengendalian:menanam varietas toleran dan menyemprotkan air yang banyak.

   2.   Penyakit
a. Bercak daun bakteri
Penyebab: Xanthomonas manihotis atau Cassava Bacterial Blight/CBG .
Gejala: bercak-bercak bersudut pada daun kemudian bergerak dan mengakibatkan pada daun kering dan karenanya mati.
Pengendalian:menanam varietas yang tahan, memotong atau memusnahkan cuilan tumbuhan yang sakit, melaksanakan pergiliran tumbuhan dan sanitasi kebun
b. Layu basil (Pseudomonas solanacearum E.F. Smith)
Ciri: hidup di daun, akar dan batang.
Gejala: daun yang mendadak jadi layu ibarat tersiram air panas. Akar, batang dan umbi eksklusif membusuk.
Pengendalian : melakukan pergiliran tanaman, menanam varietas yang tahan ibarat Adira 1, Adira 2 dan Muara, melaksanakan pencabutan dan pemusnahan tumbuhan yang sakit berat.
c. Bercak daun coklat (Cercospora heningsii)
Penyebab: cendawan yang hidup di dalam daun.
Gejala: daun bercak-bercak coklat, mengering, lubang-lubang lingkaran kecil dan jaringan daun mati.Pengendalian: melaksanakan pelebaran jarak tanam, penanaman varietas yang tahan, pemangkasan pada daun yang sakit serta melaksanakan sanitasi kebun.
d. Bercak daun konsentris (Phoma phyllostica)
Penyebab: cendawan yang hidup pada daun.
Gejala: adanya bercak kecil dan titik-titik, terutama pada daun muda.
Pengendalian:memperlebar jarak tanam, mengadakan sanitasi kebun dan memangkas cuilan tumbuhan yang sakit .

3.   Gulma
   Sistem penyiangan/pembersihan secara menyeluruh dan gulmanya dibakar/dikubur dalam ibarat yang dilakukan umumnya para petani Ketela pohon sanggup menekan pertumbuhan gulma. Namun demikian, gulma tetap tumbuh di parit/got dan lubang penanaman.
   Khusus gulma dari golongan teki (Cyperus sp.) sanggup di berantas dengan cara manual dengan penyiangan yang dilakukan 2-3 kali permusim tanam. Penyiangan dilakukan hingga akar tumbuhan tercabut. Secara kimiawi dengan penyemprotan herbisida ibarat dari golongan 2,4-D amin dan sulfonil urea. Penyemprotan harus dilakukan dengan hati-hati.
   Sedangkan jenis gulma lainnya yaitu rerumputan yang banyak ditemukan di lubang penanaman maupun dalam got/parit. Jenis gulma rerumputan yang sering dijumpai yaitu jenis rumput belulang (Eleusine indica), tuton (Echinochloa colona), rumput grintingan (Cynodon dactilon), rumput pahit (Paspalum distichum), dan rumput sunduk gangsir (digitaria ciliaris). Pembasmian gulma dari golongan rerumputan dilakukan dengan cara manual yaitu penyiangan dan penyemprotan herbisida berspektrum sempit contohnya Rumpas 120 EW dengan konsentrasi 1,0-1,5 ml/liter.







Sumber http://equatornusantara.blogspot.com

Mari berteman dengan saya

Follow my Instagram _yudha58

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Budidaya Ubi Kayu / Singkong"

Posting Komentar