Sebelum kita menelusuri sebagian kehidupan rumah tangga Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersama istri-istrinya maka sebaiknya kita mengenal terlebih dahulu siapakah para ummahatul mukminin tersebut. Bagaimanakah silsilah sejarah pernikahan Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam dengan mereka, sehingga kita mempunyai sedikit citra perihal kehidupan rumah tangga Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam.
1) Khadijah binti Khuwailid
Istri pertama Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam yakni Khadijah binti Khuwailid bin Asad. dan umur dia shalallahu ‘alaihi wa sallam tatkala menikahi Khadijah yakni dua puluh lima tahun, sedangkan Khadijah berumur dua puluh delapan tahun. Khadijah yakni istri Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam yang paling akrab nasabnya dengan Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam. Semua belum dewasa Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam dilahirkan dari rahim Khadijah kecuali Ibrohim. Khadijah yakni seorang perempuan yang kaya, cantik, serta mempunyai kedudukan yang tinggi di masyarakat, sehingga banyak orang Quraisy yang ingin menikahinya akan tetapi hatinya terpikat pada sosok seorang cowok yang tidak mempunyai harta namun mempunyai kecerdikan pekerti yang luhur dan tinggi. Dialah Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam. Khadijah telah mengorbankan harta dan jiwanya untuk membela risalah kenabian. Ia lah perempuan yang selalu menenangkan sang kekasih dikala dirundung murung dan gelisah. Ia menguntaikan mutiara-mutiara kata yang indah sebagai penyejuk di kala susah, penenang di kala bimbang, dan mengkremasi semangat di kala lesu dan kecewa. Kata-kata indahnya telah diriwayatkan dan dicatat oleh perawi dan penulis, sebagai ibrah bagi para istri dan perempuan yang hendak meneladani sang kekasih penghulu manusia.
Tatkala Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadanya “Aku mengkhawatirkan diriku”, Khadijah pun menanggapi curhatan sang kekasih dengan mengatakan,
“Tidak demikian, bergembiralah, Demi Allah sesungguhnya Allah selamanya tidak akan pernah menghinakanmu. Demi Allah, sungguh engkau telah menyambung tali silaturahmi, jujur dalam berkata, membantu orang yang tidak bisa, engkau menolong orang miskin, memuliakan tamu, dan menolong orang-orang yang tak berdaya ditimpa musibah.”
Demikianlah ia menghibur sang suami yang kala itu khawatir sesuatu yang jelek akan menimpa dirinya. Ia memotivasi, memuji, dan member kabar gembira.
Tidak heran Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam sangat mencintainya, selalu menyebut namanya, kemuliaannya, dan jasa-jasanya, meski ia telah tiada. sampai-sampai Aisyah berkata,
“Aku tidak pernah cemburu pada seorang pun dari istri-istri Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam menyerupai kecemburuanku pada Khadijah. saya tidak pernah melihanya, akan tetapi Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam selalu menyebut namanya. Terkadang Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam menyembelih seekor kambing kemudian mengirimkannya kepada sahabat-sahabat Khadijah. Ada kalanya saya berkata kepadanya, “Seakan-akan di dunia ini tidak ada perempuan bagi Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam kecuali Khadijah”, kemudian Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Dia itu perempuan yang demikian dan demikian dan saya dahulu mempunyai seorang putra darinya…’” Aisyah cemburu kepada Khadijah padahal Khadijah telah meninggal dunia.
Khadijah wafat tiga tahun sebelum hijrah. Pada hari wafatnya Khadijah. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam mencicipi kesedihan yang sangat dalam hingga tahun wafatnya disebut dengan “Tahun Kesedihan”.
selanjutnya marilah kita cermati perkataan Ibnul Qoyim rhimahullah yang menceritakan silsilah sejarah pernikahan Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam. dia berkata,
2) Kemudian beberapa hari sehabis itu dia menikahi Saudah binti Zam’ah Al-Qurosyiah, dia lah yang telah menghadiahkan hari gilirannya (giliran menginap Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam di rumahnya) untuk Aisyah.
3) Setelah menkahi Saudah, dia menikah dengan Ummu Abdillah Aisyah Ash-Siddiqoh binti Ash-Shiddiq yang telah dinyatakan kesuciannya oleh Allah dari atas langit ketujuh. kekasih Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam, putri Abu bakar Ash-Shiddqi, malaikat telah menampakkan Aisyah kepada Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam sebelum menikah dengannya. Dalam mimpi dia shalallahu ‘alaihi wa sallam melihat Aisyah tertutup wajahnya dengan selembar kain dari sutra kemudian malaikat itu berkata, “Inilah istrimu (bukalah kain epilog wajahnya)”. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam menikahinya pada bulan Syawal dan umur Aisyah kala itu yakni enam tahun. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam menggaulinya pada Syawwal pada tahun pertama hijrah ketika umurnya sembilan tahun. Beliau tidak menikahi seorang perawan pun selainnya. Tidak pernah ada wahyu yang turun ketika nabi berselimut bersama salah seorang di antara istrinya kecuali Aisyah. Ia merupakan perempuan yang paling dicintai nabi. Allah pun mencintainya dan membela serta menyucikan namanya dari tuduhan dusta. Telah turun wahyu dari langit menjelaskan terbebasnya Aisyah dari tuduhan zina dan umat sepakat akan kafirnya orang yang menduduh Aisyah berzina. Dia yakni istri Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam yang paling paham agama dan yang paling pandai, bahkan terpandai di antara para perempuan umat ini secara mutlak. Tokoh-tokokh para sahabat pun menyebabkan pendapatnya sebagai landasan beragama dan mereka sering meminta aliran keadanya. Ada sebuah kabar yang menyatakan bahwa dia pernah mengalami keguguran, namun pendapat ini tidak benar sama sekali.
4) istri Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam yang keempat yakni Hafshah binti Umar bin Al-Khattab. Abu Dawud menyebutkan bahwa Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah menceraikannya kemudian ruju’ (kembali) lagi kepadanya.
5) Kemudian Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam menikahi Zainab binti Khuzaimah bin Al-Harits Al-Qurosyiah dari bani Hilal bin Amir. dan dia wafat di sisi Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam sehabis tinggal bersama selama dua bulan.
6) kemudian dia menikah dengan Ummu Salamah Hind binti Abi Umayyah Al-Qurosyiah Al-Makhzumiah, nama Abu Umayyah yakni Hudzaifah bin Al-Mughiroh. Ummu Salamah merupakan istri Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam yang paling terakhir wafatnya berdasarkan sebagian ulama, ada pula yang beropini Shafiah yang terakhir wafat di antara istri-istri Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam yang lain.
7) Kemudian dia menikahi Zainab binti Jahsy dari bani Asad bin Khuzaimah dan dia yakni anak Umayyah bibi Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam. Allah telah menurunkan firman-Nya berkaitan dengan dirinya,
“Maka tatkala Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap istrinya (menceraikannya), Kami kawinkan kau dengan dia.” (Q.s. Al-Ahzab: 37)
Peristiwa Allah pribadi yang menikahkannya dengan Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam menjadi kebanggan tersendiri bagi Zainab binti Jahsy. Bagaimana tidak, Allah telah menjadi wali nikahnya, tentunya masuk akal apabila ia berbangga. Ia pun sering membanggakannya di hadapan istri-istri Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam yang lain. Ia berkata, “Kalian dinikahkan oleh keluarga kalian, adapaun saya dinikahkan oleh Allah dari atas langit yang ke tujuh.” Oleh alasannya yakni itu, di antara keistimewaannya yakni Allah lah yang telah menikahkannya dengna Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam. Ia wafat di awal kekhalifahan Umar bin Al-Khatthab. Dahulunya ia yakni istri Zaid bin Haritsah dan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam mengangkat Zaid sebagai anak angkatnya. tatkala Zaid menceraikannya maka Allah pun menikahkannya dengan Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam biar umat Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam sanggup mencontohnya atau biar anggapan haramnya menikahi istri anak angkat tidaklah menjadi gosip yang benar, pendapat-itu hanya merupakan warisan budaya jahiliyah.
8) Kemudian Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam menikahi Juwairiyah binti Al-Harits bin Abi Dhiror Al-Mushtoliqiah. Awalnya ia merupakan seorang tawanan bani Mushtholiq (Kabilah Yahudi) kemudian ia pun tiba menemui Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam meminta biar Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam membantu penebusannya. Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam kemudian menebusnya dan menikahinya.
9) Kemudian Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam menikahi Ummu Habibah , namanya yakni Romlah binti Abi Sufyan Sokhr bin Harb Al-Qurosyiah Al-Umawiah. Ada pula yang menyampaikan namanya yakni Hindun. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam menikahinya pada ketika Ummu Habibah sedang berada di negeri Habasyah alasannya yakni berhijrah dari Mekah ke negeri Habasyah. Najasyi menunjukkan mahar atas nama Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam kepada Ummu Habibah sebanyak empat ratus dinar. Lalu ia dibawa dari Habasyah kepada Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam (di Madinah). Ummu Habibah meninggal di masa pemerintahan saudaranya, Mu’awiyah.
10) Kemudian Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam menikahi Shafiyah binti Huyai bin Akhtab pemimpin bani Nadhir dari keturunan harun bin Imron saudara Musa. Ia yakni putri (keturunan) Nabi (Harun) dan istri Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam. Ia termasuk perempuan tercantik di dunia. Dahulu ia merupakan tawanan atau seorang budak Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam kemudian Nabi memerdekakannya dan menyebabkan pembebasannya sebagai maharnya.
11) Kemudian Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam menikahi Maimunah binti Al-Haritsah Al-Hilaiah dan ia yakni perempuan terakhr yang dinikahi oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam menikahinya di Mekah pada waktu Umroh Al-Qadha sehabis ia bertahallul -menurut pendapat yang benar-, Maimunah wafat pada masa pemerintahan Mu’awiyah.
12) Ada pula yang memasukkan nama Raihanah binti Zaid An-Nasraniah di antara istri-istri Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam. Raihanah binti Zaid An-Nasraniah ada juga yang menyatakan Al-Qurazhiah yakni dari kalangan Yahudi bukan Nasrani. Ia merupakan tawanan pada waktu perang Bani Quraizhah. Saat itu ia yakni tawanan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam kemudian Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam memerdekakannya dan menikahinya. Rasulullah menceraikannya sekali kemudian ruju (kembali) kepadanya. Sebagian ulama beropini bahwa Raihanah yakni budak Rasulullah yang digauli oleh dia dan terus menjadi budaknya hingga Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam wafat. Oleh Karena itu, dia terhitung termasuk budak-budak Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam dan bukan termasuk istri-istrinya. Al-Waqidi lebih cenderung kepada pendapat yang pertama, yakni ia merupakan istri nabi. Pendapatnya disetujui oleh Syarifuddin Ad-Dimyathi. Ia menyampaikan bahwa pendapat inilah yang lebih besar lengan berkuasa meurut para andal ilmu. Namun, perkataannya itu perlu dicek kembali alasannya yakni yang dikenal bekerjsama Raihanah termasuk budak-budak Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam.
Sumber: Suami Idaman Istri Pilihan, Firanda, Pustaka Muslim dengan perubahan bahasa seperlunya. Sumber http://mawasangka-bagea.blogspot.com
Mari berteman dengan saya
Follow my Instagram _yudha58
0 Response to "Silsilah Sejarah Kesepakatan Nikah Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam"
Posting Komentar