Perkembangan Islam Di Jerman


Pembicaraan mengenai Islam dan komunitas Muslim di negara-negara Barat sekarang menjadi salah satu topik me- narik. Hal ini tidak hanya alasannya ialah perkembangnya yang cukup signifikan tapi juga alasannya ialah memberi imbas terhadap kehidupan sosial politik negara- negara tersebut.

Di sebagian besar negara-negara Eropa Islam sekarang telah menjadi agama terbesar kedua dan keberadaanya dikala ini mulai diperhitungkan sebagai agama yang “diakui” pemerintah. Salah satu negara Eropa yang mempunyai penduduk Muslim yang besar ialah Jerman, dengan jumlah berkisar 3.7 juta jiwa.

Tulisan ini mencoba memaparkan sekilas wacana perkembangan Islam di Jerman, yang sebagian berasal dari pengalaman penulis selama enam tahun berada di negeri tersebut.

Komunitas Muslim di Jerman
Keberadaaan orang-orang Islam pertama sekali di negeri Jerman tidak terlepas dari masuknya bangsa Turki ke wilayah tersebut di final kurun ke 17 yang merupakan respons perlawanan terhadap kolonialisme Barat. Mereka menetap dan berketurunan di wilayah tersebut. Ketika bangkitnya industri-industri di Eropa, banyak warga Muslim dari Turki dan Timur Tengah melaksanakan migrasi untuk mencari pekerjaan ke Eropa termasuk Jerman.

Tahun 1961, 1963, dan 1965 orang-orang keturunan Turki, Maroko, dan Tunisia direkrut sebagai pekerja di Jerman atas persetujuan antara pemerintah Jerman dengan negara-negara bersangkutan. Belakangan warga Muslim dari Libanon, Palestina, Afghanistan, Aljazair, Iran, Iran dan Bosnia juga tiba ke Jerman mengungsi alasannya ialah negara mereka dilanda perang.

Karena merupakan negara maju, Jerman juga menjadi sasaran bisnis dan pendidikan. Banyak para profesional, pebisnis, pekerja dan mahasiswa Muslim dari India, Pakistan, dan Asia Tenggara tiba dan sebagian menetap di sana. Jumlah penduduk Muslim di Jerman dikala ini berkisar 3,7 juta jiwa. Mayoritas ialah keturunan Turki dengan jumlah lebih dari 2 juta orang.

Menurut statistik tahun 1999, komposisi kaum Muslim di negeri ini ialah sbb: Turki 2.053.564, Bosnia 167.690, Iran 116.446, Marokko 81.450, Afghanistan 71.955, Libanon 54.063, Pakistan 36.924, Tunisia 26.396, Syria 19.055, Aljazair 17.705, Irak 16.745, Mesir 13.455, Yordania 12.249, Albania 10.528, Indonesia 9.470, Somalia 8.248, Bangladesh 7.156, Sudan 4.615, Malaysia 3.084, Senegal, 2.509, Gambia 2.371, Libya 1.898, Kirgistan 1.662, Azerbaijan 1.399, Guinea 1.287, Usbekistan 1.249, Yaman 1.083.

Tidak terang berapa jumlah Muslim yang berasal dari Jerman sendiri. Satu laporan dari Lembaga Statistik Khusus umat Islam di Jerman menyebutkan sedikitnya 18.000-an orang, namun ada dugaan menyebutkan sekitar 40.000 orang.

Konversi agama ke Islam
Satu fenomena yang menarik belakangan bahwa tingkat konversi orang-orang Jerman ke Islam cukup tinggi. Majalah ternama Jerman Der Spiegel pernah menyebutkan bahwa antara Juli 2004 dan Juni 2005 saja terdapat sekitar 4000 orang di Jerman masuk Islam (lihat juga laporan RTL: http://www.youtube. com/watch?v= mhMdTjL Xo). Kebanyakan para muallaf berasal dari kalangan terpelajar.

Menariknya, fenomena ini terjadi justru disaat media-media Barat gencar mengaitkan Islam dengan terorisme. Apa motivasi masuknya orang orang Jerman ke Islam? Monika Wohlrab- Sahr dari Institut für Kulturwissenschaften Universitas Leipzig dalam studinya menyatakan “viele auf der Suche nach dem “Andersartigen” (banyak yang sedang mencari “bentuk lain”).

Dalam banyak kasus, katanya. “..die Konvertiten meist aus einer vorangegangenen Lebenskrise heraus den Islam entdeckten und nicht, wie oft im Nachhinein geschildert werde, ein tatsächlicher Vergleich mit anderen Religionen stattgefunden habe. (Banyak pelaku konversi tersebut mengalami problematika kehidupan dan menemukan solusi dalam Islam, bukan alasannya ialah membanding-bandingkannya dengan agama lain, sebagaimana yang kerap digambarkan).

Monika menyebutkan bahwa pementingan terhadap kedisiplinan dan kepatuhan dalam Islam lebih kuat. Salah seorang muallaf menyebutkan tertarik pada Islam alasannya ialah anutan ini paling terang merinci tuntunan hidup bagi umatnya. Ada juga yang mengakui meski Islam dikala mundur dari peradaban Barat, namun ajarannya tetap relevan sampai dikala ini.

Kebebasan beragama

Di Jerman, kebebasan beragama dijamin oleh Undang-Undang. Pasal 4 ayat 1 UUD Jerman (Grundgesetz) menyebutkan Die Freiheit des Glaubens, des Gewissens und die Freiheit des religiösen und weltanschaulichen Bekenntnisses sind unverletzlich. (Kebebasan beragama dan mempunyai pandangan filosofis hidup dilarang diganggu).

Memang belakangan terdapat beberapa kasus di mana warga Muslim menerima diskriminasi di Jerman contohnya dalam duduk kasus jilbab. Namun hal ini bukanlah kasus yang fenomenal dan tidak merubah kebijakan pemerintah Jerman terhadap umat Islam.

Secara umum, masyarakat Jerman sangat menghargai kebebasan beragama. Sebuah survey yang pernah dilakukan Stiftung Konrad Adenauer memperlihatkan bahwa dua pertiga penerima polling percaya bahwa umat Islam harus diberikan kebebasan untuk melaksanakan anutan agama mereka. Organisasi-organisasi Islam di Jerman umumnya berafilisasi kepada kelompok- kelompok cultural menyerupai tersebut diatas.

Namun belakangan ada upaya-upaya penyatuan dengan menciptakan forum yang berfungsi sebagai perantara dan pemersatu banyak sekali organisasi yang ada.

Pendidikan Islam formal
Berbeda dengan kebanyakan negara- negara lain di Eropah, Jerman dalam perkembangan terakhir, mulai memperbolehkan pelajaran agama Islam bagi para pelajar Muslim di sekolah-sekolah umum. Biasanya pelajaran agama ilakukan orang-orang Islam secara nonformal di mesjid-mesjid atau kelompokkelompok masyarakat.

Kebijakan gres yang merupakan hasil dari penggodokan bersama antara pemerintah Jerman dan komunitas Muslim di Jerman ini ialah salah satu upaya mendukung proses integrasi sosial Muslim di Jerman. Menurut Wolfgang Schrauber, Menteri Dalam Negeri Jerman, kebijakan tersebut sanggup menjembatani perbedaan yang kerap timbul.

Tidak hanya di level sekolah, pendidikan Islam juga mulai diperkenalkan pada tingkat akademik dengan membuka Jurusan Teologi Islam di perguruan tinggi di Jerman. Pendidikan pada tingkat akademik ini dianggap sanggup memberi solusi terhadap duduk kasus kehidupan Muslim dalam keragaman dan juga sanggup mengangkat info partisipasi mereka dalam diskursus politik di negara tersebut.

Masjid sebagai sentra pembinaan
Karena tidak adanya infrastruktur keagamaan formal, masjid-masjid di Jerman mempunyai tugas yang sangat penting dalam training komunitas Muslim. Masjid tidak hanya berfungsi sebagai daerah ibadah, tapi juga sebagai daerah pendidikan/pengajaran, pertemuan sosial keagamaan, program perkawinan, dan sentra bisnis.

Karenanya tidak sedikit masjid yang mempunyai toko, restoran, perpustakaan, dan ruang pertemuan. Saat ini jumlah masjid di Jerman berkisar 2000, namun sebagian besar tidak dalam bentuknya yang umum, melainkan ruko-ruko yang bersahabat sentra bisnis dan perumahan kaum Muslim. Tuntutan kaum Muslimin untuk membangun masjid dalam bentuknya yang umum selalu kandas di tingkat DPR setempat.

Namun semenjak tahun 1990-an, banyak masjid yang utuh dan megah dibangun. Satu laporan menyebut sekitar 200 telah terbangun dan lebih dari 30 dalam proses pembangunan. Sebagai catatan akhir, sanggup dikatakan bahwa perkembangan Islam dan komunitas Muslim di Jerman tampak memberi imbas yang positif bagi kehidupan masyarakat Jerman. Penerimaan Islam oleh masyarakat Jerman sendiri memperlihatkan agama ini memperlihatkan alternatif bagi pemecahan duduk kasus kehidupan mereka.

Islam tidak lagi diidentikkan sebagai agama para imigran melainkan agama yang terintegral dari kehidupan mereka sendiri. Integrasi Islam dan kultur mereka inilah yang akan membangun apa yang dikenal sebagai “Euro Islam”.

Sumber http://mawasangka-bagea.blogspot.com

Mari berteman dengan saya

Follow my Instagram _yudha58

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Perkembangan Islam Di Jerman"

Posting Komentar